• MAN 1 PANDEGLANG
  • Religius - Smart - Bahagia

DIANTARA ADAB-ADAB DALAM ISLAM (Edisi Jum'at Berkah)

Segala puji bagi Allah I, Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW. yang telah bersabda: ”Yang banyak memasukkan orang ke syurga adalah ketaqwaan kepada Allah dan kebagusan pekerti” (HR.Ahmad) juga kepada keluarga dan sahabat beliau.                                       

 Sesunggunya adab adalah salah satu jalan kemuliaan seseorang, adab adalah perhiasan yang menghiasi seseorang di tengah tengah manusia, adab adalah keindahan yang Allah suka dari hamba-Nya. adab adalah bukti kematangan akal seseorang, adab adalah bukti Taufiq Allah kepada seseorang. kehilangan adab membawa seseorang kepada kehinaan dan kerugian.

Adab indah selalu menjadi buah bibir baik, adab mengantarkan  seseorang kepada perilaku terpuji dan menjauhi yang tercela, karenanya Ibnul Qayyim mendefinisikan adab dengan: ”Menggunakan pekerti/perilaku yang baik” beliau menjadikan pekerti/perilaku sesuatu yang butuh untuk di kejawantahkan, dan pengejawantahan atau buahnya itulah adab.

Adab itu pada interaksi dan hubungan seseorang dengan Tuhannya,  dengan merealisir tauhid dan memurnikan penyembahan kepada-Nya, memuraqabah-Nya baik pada saat ramai maupun sepi; juga adab itu pada interaksi dan hubungan baik seseorang dengan makhluk sekitarnya, yakni manusia baik yang Muslim maupun non Muslim, juga binatang, hewan, tumbuhan maupun benda benda mati lainnya.

Risalah kecil ini adalah risalah sederhana seputar adab dan etika seorang muslim dengan penciptanya (Khaliq) maupun makhluk di sekitarnya. Semoga Allah menghiasi kita dengan adab yang baik, dan menjauhkan kita dari adab dan pekerti yang buruk dan jahat. aamiin.

Semoga tulisan sederhana ini menjadi amal shalih bagi penulis dan pembacanya. Aamiin.

 

ADAB DENGAN  ALLAH SWT.

Adab seorang Muslim dengan Allah I adalah asas dan pokok adab, dengannya Tauhid seseorang sah, niat dan keinginannya ikhlas, dan segala tindak tanduknya terpelihara dari segala hal yang mungkin mengurangi kepatutannya.

Diantara adab adab itu adalah:

1. Mentauhidkan-Nya pada Rububiyah-Nya, Nama-nama dan sifat sifat-Nya, mengesakan-Nya dengan segala bentuk ketaatan, serta menjauhi kesyirikan (mempersekutukan-Nya) dengan sesuatu apapun. Firman Allah SWT.:       وَلَقَدْ بَعَثْـنَا فِـي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّـاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.." (QS.an-Nahl:36)

2. Melaksanakan segala bentuk ibadah yang Dia wajibkan terhadap hamba-Nya, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya. Firman Allah SWT:

    وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus..” (QS. Al-Bayyinah:5)

3. Merasa diawasi Allah I pada saat ramai maupun sepi. serta bertawakkal kepada-Nya dengan sebenar benarnya dan mengharap rahmat-Nya. Firman Allah SWT:

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

“Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi”. (QS. Thaha:7)

Firman Allah SWT:           وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS.al-Maidah: 23)

4. Mensyukuri nikmat-Nya, dengan lisan maupun perbuatan, serta menerima ketentuan-ketentuan-Nya dengan lapang dada dan perasangka baik.

 

ADAB DENGAN RASULULLAH 

1. Mencintai beliau lebih dari cinta kepada yang lain.

Sabda Rasulullah SAW:

 لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai dia mencintaiku melebihi dari mencintai bapaknya, anaknya dan semua manusia”. (HR.Bukhari)

2. Mentaati beliau dalam segala yang beliau perintahkan.

Firman Allah SWT:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan taatilah Allah dan Rasul (Muhammad), agar kalian diberi rahmat”. (QS.Ali- Imran:132)

3. Menjauhi segala yang beliau larang.

Firman Allah SWT:

وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang Rasul berikan kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang ia larang kalian maka tinggalkanlah”.(QS.al-Hashr:7)

4. Membenarkan segala berita/khabar yang beliau sampaikan.

Firman Allah SWT:

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.(QS.az-Zumar:33)

5. Menyembah Allah hanya dengan ajaran beliau.

6. Bershalawat kepadanya (khususnya pada malam dan hari Jumat).

Firman Allah:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَـا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS.al-Ahzab:56)

7. Mengagungkan dan membelanya.

Firman Allah SWT:

لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkannya (Rasul), mengagungkannya (Rasul). Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang”. (QS.al-Fath: 9)

8. Mencintai orang orang yang mencintainya dan membenci yang membenci beliau.

Sabda Rasulullah SAW:

لا تَسُبُّـوْا  أَصْحابِي, لا تسـبوا أصحـابي, فَوَ الَّذِي نَفْسِـي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ

 مُدَّ أَحَدِهِمْ و لا نَصِيْفَهُ 

“Janganlah kalian mencaci sahabatku, Janganlah kalian mencaci sahabatku, demi Allah kalau seandainya salah seorang kalian menginfakkan hartanya sebesar gunung uhud (di jalan Allah), yang demikian itu tidak akan menyamai satu mud salah seorang mereka, bahkan setengah mudnya” (HR.Muslim)

9. Menghidupkan sunnah serta mewarisi risalahnya.

Firman Allah SWT:

قُلْ هَذِهِ سَبِيـلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِـيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

(QS.Yusuf:108)

Sabda Rasulullah SAW:

“ عَلَيْكُمْ بِسُنّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَـفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ, عَضُُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ...

“Berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang benar lagi diberi petunjuk, gigitlah (sunnahku) dengan gigi geraham kalian…” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi, kata beliau: ”Hadits hasan shahih”)

 

ADAB DENGAN  DIRI

Seorang Muslim sangat memahami bahwa keselamatan dan kebahagiaanya di dunia maupun di akhirat sangat ditentukan oleh kebersihan jiwanya, kesucian dan kemuliaan jiwanya, dan sampai sejauh mana dia mendidiknya dengan adab adab Islam,  sebagaimana kesengsaraan dirinya sangat ditentukan oleh  kerusakan dan kekotoran jiwanya. karenanya  lazim atas seorang muslim untuk mendidik dirinya, mensucikan dan membersihkan jiwanya, menjauhkannya dari hal hal yang bisa menodai dan mengotorinya baik itu berupa keyakinan yang rusak, maupun perkataan dan perbuatan maksiat. Firman Allah SWT:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.as-Syams:9-10)

Diantara langkah langkah yang dilakukan untuk mendidik jiwa, memperbaikinya, serta mensucikannya adalah:

1. Taubat.

Yaitu menghindarkan diri dari segala bentuk maksiat, menyesali dosa dosa yang telah dilakukan, dan berazam untuk tidak kembali ke lumpur dosa pada sisa sisa umur yang ada.

Firman Allah SWT:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُم جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَار

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…". (QS.at-Tahrim:8)

2. Muraqabah.

Yaitu membawa jiwa pada kondisi selalu merasa diawasi dan diintai oleh Allah I setiap saat dan di mana saja.

Firman Allah SWT:

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS.an-Nisa’:1)

3. Mujahadah.

Yakni mengarahkan jiwa dengan sungguh sungguh kepada ketaatan dan kebaikan, serta menekan dan melawannya dari berbuat keburukan dan kemaksiatan.

Firman Allah SWT:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami”. (QS.al-Angkabut:69)

4. Mu’aqabah.

Yakni memberikan sangsi kepada diri bila lalai melakukan suatu kebaikan, atau tidak sempurna menunaikannya. Abdullah Ibnu Umar bila ketinggalan jamaah shalat, beliau menghidupkan seluruh malam hari itu dengan ibadah. Beliau pernah mengakhirkan shalat magrib sampai nampak dua bintang dilangit, lalu beliau membebaskan dua orang budak. Abu Thalhah pernah disibukkan oleh kebunnya dari shalatnya (telat), lalu beliau mengeluarkan sedekah dari kebunnya itu. Seorang ulama salaf pernah melihat ke atas sath (atap rumah) lalu terlihat seorang perempuan, maka sejak itu beliau berjanji tidak akan pernah melihat ke atas. (lihat kitab: Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakr Jazairiy:72)

5. Muhasabah.

Yakni mengintrospeksi diri dalam pelaksanaan perintah perintah Allah, dan meninggalkan larangan larangan-Nya. Baik Muhasabah harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Seperti seorang pedagang yang mengecek barang dagangannya diakhir bulan apakah rugi atau untung. Ia melihat kewajiban (shalat misalnya) bagaikan modal, dan amalan amalan sunnat seperti keuntungan, dan dosa dosa seperti kerugian dalam dagangannya. Lalu dia merenung mengintrospeksi mana yang lebih mana yang kurang, bila ia melihat kekurangan pada yang wajib, maka ia menyesal, bertaubat dan menyalahkan dirinya lalu menggantinya langsung, bila kewajiban itu bisa diqhada’ maka dia qhada’ segera, bila tidak, maka dia tambal dengan banyak melakukan amalan amalan sunnat. Bila menemukan kekurangan dalam amalan sunnat maka ia ganti segera, namun bila ia menemukan kerugian dengan melakukan kemaksiatan, maka ia segera istighfar, menyesal dan inabah kepada Allah, lalu melakukan kebaikan sampai kira kira bisa memperbaiki dan menghapus kesalahan itu.

Firman Allah SWT:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.al-Hasyr: 18)

(Lihat kitab: Minhajul Muslim, karya Syaikh Abu Bakr Al Jazairiy, hal: 68-72)

 

ADAB DENGAN ORANG TUA

1. Mentaati mereka berdua selama tidak dalam maksiat.

2. Menjauhi segala hal yang menyakiti keduanya.

3. Memberikan bakti dan kebaikan, terutama yang dibutuhkan keduanya selama sang anak mampu. Seperti memberikan makan, pakaian, pengobatan bila sakit, menghindarkan hal hal yang menyakitinya dan bahkan mempersembahkan jiwa demi keduanya.

Sabda Rasulullah kepada sahabat yang datang jauh dari Yaman ke Madinah untuk berjihad bersama Rasulullah SAW:

“أَحَيٌّ وَالِدَاكَ ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?, ya jawabnya, sabda Rasul:“ kalau begitu (kembali dan) berjihadlah pada keduanya (dengan berbakti kepadanya)” (Muttafaq alaih)

4. Mendekatkan diri kepada keduanya dengan bersikap lemah lembut dan merendahkan diri.

5. Memperhatikan hal hal yang menyebabkan kerelaan keduanya, lalu mengerjakannya, dan hal hal yang mereka benci lalu menjauhinya.

6. Mendoakan dan memohonkan ampun untuk mereka berdua.

7. Menghormatinya baik dengan perkataan maupun perbuatan.

8. Menyambung silaturrahim mereka serta menghormati teman teman sejawatnya.

9. Berusaha serius dan kuat untuk mendapatkan keridhaan mereka.

Firman Allah SWT.:

وَقَضَى رَبُّكَ ألا تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَـاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبـَرَ أَحَدُهُمَا أَوْكِلاَهُمَا فَلاَ تَقُـلْ لَهُمَـا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهـُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً

”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak beribadah kecuali kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya mencapai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”. (QS.Al Isra’:23-24).

 

 

ADAB DENGAN PASANGAN HIDUP (ADAB SUAMI ISTERI)

1. Mempergaulinya dengan baik (ma’ruf). Yaitu mempergaulinya dengan lembut, wajah berseri, saling hargai dan hormati. 

Firman Allah SWT.:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ

”Dan pergaulilah mereka (isteri isteri kalian) dengan baik (pergaulan yang patut)”. (QS.an-Nisa’: 19).

2. Menutup mata terhadap kesalahan kesalahannnya, dan mengingat kebaikan kebaikannya sebelum keburukannya.       Sabda Rasulullah SAW.:

 “لا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

”Janganlah seorang Mukmin menyakiti seorang mukminah, bila ia tidak suka dengan salah satu tabiatnya maka dia suka dengan yang lainnya”. (HR.Muslim)

3. Saling menjaga amanah dan saling percaya, tidak mengkhianati dalam kehormatan, harta maupun yang lainnya.

4. Saling memberikan cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah).

5. Melaksanakan dan menunaikan kewajiban masing masing terhadap yang lain.

6. Saling memberikan nasihat, wujudnya ada beberapa hal:

  • Mengajarkannya apa apa yang ia tidak ketahui dari urusan agamanya (bila ada kemampuan). Kalau tidak, maka hendaknya memberikan kemudahan kepadanya untuk menuntut ilmu.
  • Ghirah (kecemburuan) yang terpuji dan proporsional untuk mencegahnya agar tidak terjerumus pada yang haram.
  • Komit mengenakan hijab yang syar’i, menghindari Ikhtilath (campur laki dan perempuan), tidak bergaul dengan orang fasiq, tidak menyebarkan rahasia
  • Memberi nafkah dari harta yang halal. Sang isteri mentaati suaminya pada kebaikan (ma’ruf).

Sabda Rasulullah SAW.:

 “خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأِهْلِهِ وَ أَنَا خَيْرُكُمْ لأِهْلِي 

“Sebaik baik kalian adalah yang paling baik mempergauli isterinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap isterinya” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, Darimiy, Thabrani, dan al-Bazzar)

 

ADAB DENGAN ANAK ANAK

1. Berdoa untuk kebaikan mereka.

Allah I menceritakan doa seorang bapak teladan Nabi Ibrahim dalam firman-Nya:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku”. (QS.al-Baqarah:124)

2. Memberikan nafkah kepada mereka dengan baik. Sabda Rasulullah r:

“Satu dinar yang anda belanjakan untuk sabilillah (jihad/jalan kebaikan), satu dinar yang anda belanjakan untuk membebaskan budak, satu dinar yang anda sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang anda belanjakan untuk keluarga (anak dan isteri) anda, yang paling besar pahalanya adalah yang anda belanjakan untuk keluarga anda”. (HR.Muslim)

3. Menjaga dan memelihara mereka.

Sabda Rasulullah SAW.:

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ... وَالرَّجُلُ  رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ

“Ketahuilah! semua kalian adalah pemimpin, dan semua kalian akan diminta pertanggungjawabannya tentang yang dia pimpin,….Seorang lelaki adalah penanggungjawab pada keluarganya (anak isterinya), ia akan diminta pertanggungjawabannya tentang mereka, dan seorang isteri penanggung jawab pada rumah suaminya dan anak anaknya, akan diminta pertanggung jawabannya tentang itu semua”

(Muttafaq alaih)

4. Mendidik mereka urusan agama mereka, baik segi ilmu maupun pengamalannya.

Firman Allah SWT.:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS.at-Tahrim:6)

Sabda Rasulullah r:

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَـاجِعِ

“Perintahlah anak kalian melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila meninggalkan shalat) saat berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat tidur”.(HR. Abu Dawud dan Ahmad)

5. Adil dalam mempergauli mereka.

Sabda Rasulullah SAW.:

“سَاوُوْا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ فِي الْعَطِيَّةِ , فَلَوْ كُنْتُ مُفَضِّلاً أَحَدًا لَفَضَّلْتُ النِّسَـاءَ

“Adillah dalam memberikan pemberian kepada anak anak kalian, kalau seandainya aku (boleh) melebihkan, maka aku akan melebihkan yang perempuan (HR.Thabrani dan Baihaqi, Ibnu Hajar menyatakan sanadnya “hasan”)

6. Memberikan kasih sayang yang dibutuhkan, mengarahkan, serta  membimbing mereka menuju kebaikan dan kesuksesan mereka.

Sabda Rasululah SAW.:

“مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ

 “Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi (pula)” (HR.Bukhari)

 

ADAB DENGAN GURU

1. Menghormati dan menghargainya; sebagai pengamalan atas sabda Rasulullah SAW.:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَـمْ صَغِـيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِـنَا حَقّـهُ

”Bukan dari golongan kami mereka yang tidak menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahui hak orang yang alim”. (Shahih Jami’).

2. Tidak mencari-cari kelemahan dan kesalahannya, justeru memohon kepada Allah semoga menutupinya.

3. Tidak menggibahnya (membicarakannya dengan yang dia tidak senangi), bahkan membelanya ketika digibah orang lain.

4. Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi ganjaran atas ilmu yang dia ajarkan.

5. Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru, dan tidak mencontohnya jika berbuat salah.

6. Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat kedudukannya di mata manusia.

7. Menjaga adab berbicara dan diskusi dengannya.

والله أعلم بالصواب

Semoga bermanfaat

Waka Humas

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
KISAH INSFIRATIF UMAR BIN ABDUL AZIZ (Pelajaran: Seorang Budakpun jadi teman dekatnya)

Edisi Jum'at Berkah, 28 Januari 2022 “Adalah Umar ibn Abdul Aziz seorang yang bagus postur dan akhlaknya, banyak ilmu, ahli jiwa, banyak takut dan taubatnya” (adz-Dzahabi)

28/01/2022 10:59 - Oleh Administrator - Dilihat 880 kali
MABUK DALAM CINTA TERHADAP ALLAH SWT. (Kajian Jum’at Berkah)

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang

14/01/2022 09:34 - Oleh Administrator - Dilihat 716 kali